Sedikit catatan dari perayaan puncak PB 2009 kemarin.
Venue PB 2008 tahun lalu di Auditorium Gedung BPPT, lebih representatif dibandingkan venue PB 2009 tahun ini di Auditorium Gedung SMESCO. Selain lokasi Gedung BPPT di Jl. MH Thamrin yang sangat pas di pusat kota ketimbang Gedung SMESCO di Jl. Gatot Soebroto, area auditorium BPPT juga secara keseluruhan sangat sangat baik.
Ruangan auditorium yang jauh lebih luas dengan format theatre style, hingga lantai berkarpet yang memberi keleluasaan kepada para pengunjung untuk “lesehan” sambil membuka “pojok-pojok internet” dengan laptopnya masing2. Sangat mengesankan “pesta kaum onliners”. Selama di PB 2009 kemarin kesan ini tidak tertangkap, paling tidak, oleh saya. Acara di panggung secara umum tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, kalau tak mau dikatakan masih lebih baik yang tahun lalu.

Menkominfo, Tifatul Sembiring, di PB 2009
Setelah melewati pembukaan oleh Menkominfo baru, Tifatul Sembiring, yang paling menyedot perhatian terbesar, penyajian acara panggung tak sanggup mengusir rasa bosan, setidaknya itu menurut saya dan seorang pengunjung di sebelah. Saya masih ingat bagaimana talk show (interactive discussion) di panggung utama tahun lalu cukup menarik perhatian pengunjung, terutama dalam hal para pembicara yang dihadirkan di depan penonton. Tahun ini, biasa saja. Bukan sekelas menteri, bukan pula sekelas blogger internasional dari cross-country. Paling2 “hanya” Prita Mulyasari. To me, it’s enough lah dengan contoh kasus Prita mah. Kalaupun mau diangkat, cukup di kelas kecil break out session saja, ga perlu di talk show panggung utama. Apalagi pembahasan dan tanggapan dari Prita yang ditampilkan selama talk show sendiri pun, tak terlalu mendalam.
Variasi topik bahasan pilihan dalam break out session juga tidak jauh berbeda dibanding tahun lalu. By the way, tampaknya di tahun2 berikutnya panitia perlu mempertimbangkan untuk merilis secara terbuka sebelumnya, siapa2 saja calon narasumber yang akan dihadirkan dalam tiap kelas break out session. Dengan demikian, calon peserta bisa lebih dimudahkan dalam menentukan pilihan kelas yang akan dipilihnya, bukan semata-mata dari topik yang diangkat. Karena harus diakui, pilihan narasumber cukup berperan dalam membuat suatu topik yang terdengar menarik, memang betul2 menarik atau justru sebaliknya.
Saya memilih bergabung dengan beberapa travelmates di kelas topik Citizen Journalism. Narasumber yang dihadirkan adalah Lili Yulianti Farid dan Pepih Nugroho. Lili Yulianto Farid adalah seorang mantan wartawan Kompas yang kemudian pindah ke Radio Australia di Melbourne, sebelum pindah lagi ke NHK Jepang. Sekarang, ia aktif mengelola website panyingkul.com, media jurnalisme yang diperuntukkan bagi citizen reporter asal Makassar. Pepih Nugroho, di sisi lain, adalah seorang wartawan profesional di Kompas, sekaligus juga admin dan pengelola media collective blog terkenal Kompasiana. Media asuhannya ini baru saja merayakan ulang tahun perdana dua hari sebelumnya, 22 Oktober.

Break-Out Session: Citizen Journalism
Again, saya melihat kurang persiapan para narasumber untuk hadir di kelas kecil break out session. Tidak ada materi yang dipresentasikan sama sekali. Semuanya hanya digantikan dengan speech narsum yang panjangnya juga ga kira2 hingga begitu membosankan dan terlalu bertele2. Jadi agak terdengar aneh saja tiap kali (bukan cuma sekali, tapi beberapa kali) Mba Lili berkata, “Sayang saya ga ada bawa materi di sini, kalau bawa bisa saya tunjukkan gambarnya kepada Anda”. Pikir saya, ya mestinya itu ga perlu terjadi kalau saja narsum yang diundang lebih serius mempersiapkan diri. Tak heran kalau kemudian speech narsum seringkali melebar kemana2 dan tidak fokus.
Anyway, meskipun dengan tidak semulus yang diharapkan, bisa jugalah diambil intisari positif dari perbincangan santai di ruang kecil itu. Poin penting yang saya garis bawahi, tantangan dalam pengembangan semangat citizen journalism (istilah lain yang saya kenal: jurnalisme warga) adalah bagaimana menghasilkan laporan pandangan mata yang baik mengenai suatu peristiwa/kejadian yang dilihat atau dialami langsung oleh seorang citizen journalist (jurnalis warga) secara cepat, dimana dalam faktor ‘kecepatan’ inilah seorang jurnalis warga dapat “mengungguli” media resmi a.k.a laporan yang disiarkan/ditulis oleh seorang jurnalis profesional. Melaporkan pada kesempatan pertama ini juga menjadi tantangan yang lebih menarik bagi seorang jurnalis warga, ketimbang menganalisis atau membuat laporan atas hasil laporan yang sudah ada sebelumnya.

foto bareng travelmates & blogger
Akhirnya, yuk… menjadi jurnalis-jurnalis warga yang handal, yang terus belajar bagaimana menulis dan menyebarkan suatu berita dengan baik dan bertanggung jawab.
Ingat kata Pandji Pragiwaksono sebelum closing performance rap-nya di panggung utama kemarin, “Dengan terus menulis, bangsa ini akan terus membaca. Dengan terus membaca, bangsa ini akan terus belajar. Dengan terus belajar, bangsa ini akan terus berjaya.”
Senada lah… PB09 kurang OK…
Tapi gw ketemu lagi orang India yang ikut breakout session Citizen Journalism. Tahun lalu ketemu di breakout session tentang Pariwisata….
“Dengan terus menulis, bangsa ini akan terus membaca. Dengan terus membaca, bangsa ini akan terus belajar. Dengan terus belajar, bangsa ini akan terus berjaya.” << Hm… kapan sih bangsa ini berjaya?
Mangkum´s last blog ..Hah!? Lo Ga Kenal Gue?!
[Reply]
Peanut Reply:
December 16th, 2009 at 19:44
ketika semua warga sadar dan memulai belajar dari dirinya sendiri. kalau cuman ada sedikit warga yang sadar, berarti kejayaan hanya akan jadi milik mereka yang sedikit itu
[Reply]
Karena Narsum kurang siap, makanya masih sempat berpose seperti di atas yak?
Amalia´s last blog ..Pulang 
[Reply]
Peanut Reply:
December 16th, 2009 at 19:39
hehehe… sempet jalan2 keluar juga
[Reply]
“Dengan terus menulis, bangsa ini akan terus membaca. Dengan terus membaca, bangsa ini akan terus belajar. Dengan terus belajar, bangsa ini akan terus berjaya” …. Akhirnya, saya suka Panji Pragiwaksono …*haiyah
maharani´s last blog ..Telat Punya Blog? 
[Reply]
Peanut Reply:
December 16th, 2009 at 19:36
sampai2 ikutan rajin menulis ya?
[Reply]
pemateri ngga siap?
wah,,, beneran kalo gitu dua orang blogger groupis menikmati mimpi di mushola..:D
[Reply]
Peanut Reply:
December 16th, 2009 at 19:31
ih baca atuh kalimat “meskipun dengan tidak semulus yang diharapkan, bisa jugalah diambil intisari positif…”. menikmati mimpi mah atuh di rumah saja
[Reply]
hai nat, tulisanmu merupakan masukan yang bagus buat panitia. moga-moga penyelenggaraan di tahun-tahun mendatang bakal lebih baik, dan lebih baik lagi. keep on blogging
ndoro kakung´s last blog ..Il Divo Pecas Ndahe
[Reply]
Peanut Reply:
December 16th, 2009 at 19:29
tararengkyu, ndoro. mudah2an tahun depan lebih baik lagi.
insyaallah juga saya akan keep on blogging meski kadang ada ups & downs
[Reply]
nat, keliatannya salah nama tuh, bukan nugroho tapi nugraha hehehhe…
hadi samsul´s last blog ..Jangan egois dengan masalah 
kok jarang diupdate sih blog nya?
[Reply]
Peanut Reply:
December 16th, 2009 at 19:27
eew… salah nama yak… huehehe
nih baru di-update lagi nih, tinggal lihat saja tahan berapa
[Reply]
“Dengan terus menulis, bangsa ini akan terus membaca. Dengan terus membaca, bangsa ini akan terus belajar. Dengan terus belajar, bangsa ini akan terus berjaya” …. Akhirnya, saya suka Panji Pragiwaksono …*haiyah
maharani´s last blog ..Telat Punya Blog? 
[Reply]
A nickel ain’t worth a dime anymore.
[Reply]